Jumat, 24 Juni 2011

Pagi yang Parau


30 Oktober 2009 berulang kembali…
Menuju Sumatra Barat dan sekitarnya
Berkekuatan 7,5 SK…

Sungguh menakutkan!!!
Pagi  yang menimbun Kota Jambi
Mengaduk-adukkan nyawa cucu adam
Menghentakkan beribu nyawa melayang

Kini…
Nasib mereka beralaskan terpal-terpal tenda
Tanpa sanak famili yang lengkap layaknya kita
Begitu mengerikan… sungguh!!!

Terlalu sering guncangan menerpa negeri ini
Menggulung hidup-hidup nyawa manusia
Membaur semua dosa dan pahala
Menyatukan nyawa-nyawa yang melayang

Kiamat sugro itu… menjilat setapak demi setapak
Rangkaian permadani Indonesia
Meluluhlantakkan bumi pertiwi
Menghitamkan hamparan pepohonan

Lantas!! Salah siapa?...
Mereka menangis dan merintih
Mereka menjerit kehampaan
Karena ulah tangan dan otak yang singkron
Singkron menghalalkan segala cara

Pohon mereka jajah habis…
Gunung dioperasi massal
Sawah beralih ke aspek industrI
Semua fungsi dilemahkan…

Siapa yang tidak geram?
Melihat ulah satu tangan menghabiskan sisa manusia perlahan
Inikah hidup kita?
Renungkanlah…

Anak Jalanan


                   Namamu menghiasi jalanan
Meminta dan merintih
Demi mendapatkan belas kasih

Senandung sendu meratap-ratap
Memar membiru ….
Menghiasi tubuhnya yang kaku

Menaiki tangga impian
Mengambil tiap lagu di langit
Ingin temukan kedamaian

Mengais-ngais impian dari jalanan
Yang kadang terbuang dari mobil mewah

Semburat senyum tipis dari wajahnya
Menyimpan keluguan misteri mimpi
Yang akan terungkap nanti ….


                                                                                                Karya : Muhammad Reza Fauzan

Bahagiakah Kamu


Bahagiakah kamu, ketika musim hujan tiba,
kubukakan payung untukmu
kita saksikan tetestetes air berebut jatuh di ujungujungnya.

Bahagiakah kamu, ketika musim bunga tiba,
kupetikkan setangkai untukmu
kelopakkelopaknya bertaburan di antara jemari kita.

Bahagiakah kamu, ketika malam tiba,
aku nyalakan api menghangatkanmu
dan kubiarkan kamu bersandar di dadaku.

Bahagiakah kamu, ketika pagi tiba, kubukakan jendela
lalu kita rasakan hembusan angin pagi di antara bungabunga.

Bahagiakah kamu, cincin yang melingkar di jari manismu
itulah simbol cinta untukmu, hanya untukmu, selamanya di situ.